Terima Kasih

Terima Kasih Sudah Berkunjung Dalam Blog Saya

Jumat, 23 Mei 2014

Udang Rajai Ekspor Indonesia

Nilai ekspor hasil perikanan Indonesia berdasarkan total komoditi dari Januari hingga November mencapai 3,77 miliar dolar AS meningkat 6,98 persen dibandingkan periode yang sama pada 2012 dengan nilai 3,53 miliar dolar AS.

Udang menjadi komoditi yang merajai ekspor perikanan dengan nilai yang disumbang sebesar 1,280 juta dolar AS, disusul tuna 606 juta dolar AS, ikan lainnya 700 juta dolar AS dan hasil perikanan lainnya 746 juta dolar AS.
”Komoditi yang paling besar mengalami peningkatan nilai ekspor adalah udang sebesar 25,46 persen dengan nilai kontribusi terbesar udang beku senilai 1,121 juta dolar AS,” ujar
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo di Jakarta, belum lama ini. Sharif menjelaskan, secara keseluruhan volume ekspor hasil perikanan Indonesia untuk periode Januari hingga November 2013 mencapai 1.136.927 ton meningkat 2,18 persen dibandingkan periode yang sama 2012 sebesar 1.112.700 ton.
Dari total volume ekspor hasil perikanan tersebut, komoditi yang paling banyak berkontribusi adalah tuna sebesar 174.566 ton, kemudian hasil perikanan lainnya 174.070 ton, rumput laut 169.230 ton, udang 124.230 ton dan ikan lainnya sebesar 465.435 ton.
Volume ikan lainnya merupakan volume tertinggi dibanding komoditi lainnya, dengan komoditi yang paling berkontribusi adalah ikan beku sebesar 343.882 ton. ”Sedangkan komoditi yang mengalami peningkatan volume ekspor terbesar dibanding November 2012 adalah ikan hias sebesar 208,97 persen dan kepiting 32,28 persen, ”jelas Sharif.
Negara tujuan ekspor hasil perikanan Indonesia yang paling besar peningkatan volumenya adalah Cina meningkat 100,42 persen, dipasok dari komoditi kepiting sebesar 12.490 ton. Selanjutnya Uni Eropa meningkat 59,76 persen dari komoditi tuna/cakalang sebesar 38.790 ton dan kepiting 1.555 ton meningkat 37,37 persen.
Pada November 2013, terjadi penurunan volume dan nilai ekspor hasil perikanan Indonesia ke Jepang sebesar 5,45 persen dan 7 persen dibanding November 2012 dan yang paling besar penurunannya baik dari segi volume dan nilai adalah komoditi ikan lainnya sebesar 32,31 persen dan 43,70 persen.

Deskripsi Cumi-cumi

Cumi cumi

Klasifikasi cumi – cumi menurut Kreuzer (1984)
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Mollusca
Kelas               : Cephalopoda
Ordo                : Teuthoidea
Sub – Ordo     : Myopsidae
Family             : Loliginidae
Menurut Saanin (1984) klasifikasi cumi-cumi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Cephalopoda
Subkelas : Coleoidea
Ordo : Teuthoidea
Family : Loligonidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp.
Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk trianguler atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya di sekitar luabang mulut terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta mempunyai tepi yang disebut leher (Pelu 1989).
Menurut Voss (1963) dan Roper, daerah penyebaran cumi-cumi adalah di perairan Pasifik Barat, Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina Selatan sampai Jepang. Penyebaran cumi-cumi (Loligo sp.) di seluruh perairan Indonesia hampir merata, yaitu dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian Jaya, dari Selat Malaka ke timur sampai ke perairan Timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda, dan perairan Maluku/ Arafura.
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersal atau semi pelagik pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400 m. Beberapa spesies hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al. 1984).
Karakteristik yang dimiliki cumi-cumi adalah adanya kantong tinta yang terletak di atas usus besar. Bila kantung ini dibuka, maka akan mengeluarkan tinta berwarna coklat atau hitam yang diakibatkan oleh pigmen melanin. Cumi-cumi akan mengeluarkan tintanya melalui siphon untuk menghindari predator (Buchsbaum et.al. 1987).
Cumi-cumi (Loligo sp.) mempunyai sistem reproduksi yang terpisah (dioecious), dimana gonadnya terletak pada bagian posterior tubuhnya. Spermatophora (sel kelamin jantan) yang sudah matang gonad akan disimpan pada nedhem sac (Pelu 1988).

STRUKTUR ANATOMI CUMI CUMI


·         Faring : bagian depan kerongkongan berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lendir.
·         Mulut : tempat masuknya makanan.
·         Mata : sebaga alat penglihatan.
·         Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.Anus : mengeluarkan sisa metabolisme.
·         Hati : mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil empedu.
·         Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan lambung.
·         Insang : sebagai organ pernapasan.
·         Lambung : sebagai bagian dari organ pencernaan.
·         Cangkang dalam : sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.
·         Ovarium : penghasil sel telur.
·         Rektum : sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.
·         Kantung tinta : kantung selaput yang terdapat pada cumi,yang mengandung tinta. Tinta akan di semprotkan bila cumi merasa terganggu akan kedatangan / bertemu pemangsa/predator.
Reproduksi cumi – cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit mereka dan jika diterima oleh betina , kemudian menggunakan lengan yang disebut hectocotylus untuk mentransfer paket sperma disebut spermatophore, ke betina. Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam kelompok yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang "sneaker" jantan mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus mereka melesat masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma merek ke telur betina yang berada di dalam tubuh (MBL, 2000).
Gambar perbedaan anatomi cumi – cumi jantan dan betina
Cumi – cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan ikan – ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes, 1987). Komponen makanan ditemukan dalam lambung cumi – cumi adalah ikan – ikna kecil. Selain ikan – ikan kecil, crustacean merupakan komponen makanan yang mempunyai frekuensi kejadian yang cukup besar (Raharjo dan Bengen, 1984).
Menurut Soewito dan Syarif (1990), menyatakan cumi – cumi menghuni perairan dengan suhu antara 8 sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5 sampai 30 per mil. Terjadinya kelimpahan cumi – cumi ditunjang oleh adanya zat hara yang terbawa arus (run off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh fitoplankton yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan ataupun ikan – ikan kecil merupakan makanan cumi – cumi.
Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini , mulai dari pantai sampai laut lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu meter (Hamabe, M et al. 1982).


Daftar Pustaka
Buchsbaum R, M. Buchsbaum, J. Pearse, and V. Pearse. 1987. Animal Without Backbone. Third Edition. The University of Chicago Press. Chicago.
Hamabe, M, C. Hamura and M. Ogura, 1982. Squid Jigging From Small Boat. The Food and Agriculture Organization of United Nations. Fishing News (books) Ltd. England.
Kreuzer, R. 1984. Squid – Seafood Extraordinaire. Infofish 6 (86) : 29 – 32
Pelu. 1988. Beberapa Karakteristik Biologi Cumi-Cumi (Squids). LONAWARTA, Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut Ambon. Ambon.
Raharjo, S dan D. G. Bengen. 1984. Studi Beberapa Aspek biologi Cumi – cumi (Loligo sp) di Perairan Gugus Kepulauan Seribu. Bogor : Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor
Roper C.F.E, M.J Sweeney, and Nauen. 1984. Cephalopods of The World. An annoted and Illustrated Catalogue of Species of Interest to Fisheries. FAO. Species Catalogue vol 3.
Saanin, Hasnuddin. 1984. Kunci dan Identifikasi Ikan. Bandung : Binatjipta.
Soewito, A. P. dan B. Syarif. 1990. Uji Coba Pancing Cumi – cumi “Squid Jigger” di Perairan Laut Cina Selatan dan Kalimantan Barat. Semarang : Balai Pengembangan Penangkapan Ikan
Voss G.L. 1963. Cephalopods of The Philippine Islands. Smith Sonian Institution. Washington.